Halaman

Minggu, 24 Mei 2015

Bersih Desa Sendang Sinongko Desa Pokak Kecamatan Ceper Klaten

Sendang Sinongko atau Sendang Pokak terletak di Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Tidak berbeda dengan sendang atau sumber air di daerah lain, sendang di desa ini dijadikan sumber mata air untuk mengairi 15 hektar lahan pertanian padi milik warga di Dusun Pokak dan Tegalduwur.

Terdapat sebuah tradisi yang menarik yang digelar rutin setiap tahun tepatnya setelah masa panen kedua oleh warga dua dusun tadi. Tepatnya pada Jum’at Wage di masa musim kemarau yang biasa jatuh pada bulan Agustus hingga September yaitu upacara tradisi bersih Sendang Sinongko.

Yang membuat tradisi bersih desa ini unik adalah prosesi penyembelihan ratusan kambing berkelamin jantan dan juga ratusan ayam di bawah pohon karet tua di area sendang. Selain penyembelihan hewan kurban, ribuan warga yang hadir juga akan membawa tenong, tempat makanan berbentuk bulat terbuat dari anyaman bambu, berisi makanan yang akan didoakan diarea sendang sebelum nantinya disantap beramai-ramai.

Tradisi yang juga digelar sebagai tradisi perayaan panen raya ini konon dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. Yaitu oleh seorang petani yang mendapat bisikan saat beristirahat di bawah pohon yang tumbuh di sekitar sendang kemudian diikuti oleh ratusan warga lainnya.

Cerita yang dituturkan turun temurun mengatakan bahwa pada suatu hari petani tadi mendapatkan bisikan dalam istirahatnya. Petani itu diminta untuk menyediakan sesaji berupa nasi tumpeng, dawet, dan juga memotong kambing untuk Nyai Roro Kidul, penguasa Laut Selatan, setiap sehabis panen. Jika dia berkehendak melakukan sesajian tadi maka hasil panen lahan padinya akan berlimpah ruah.

Sendang Sinongko sendiri memang menyimpan kisah yang sakral bagi warga di wilayah ini. Karena itu, tidak mengherankan jika tradisi bersih desa warga Pokak Klaten ini masih berkaitan erat dengan cerita kesakralan sumber air ini di masa lalu.

Masyarakat percaya bahwa sumber air yang tak pernah kering ini mendapatkan namanya dari Raja Keraton Surakarta, Paku Buwana VII. Nama itu didapatkan saat Sang Raja beristirahat di lokasi itu ketika sedang melakukan perjalanan menuju Jogjakarta. Dalam istirahatnya, Sang Raja memakan buah nangka dan kemudian membuang biji nangka tadi. Sang Raja juga bertitah bahwa jika biji tadi tumbuh menjadi pohon nangka maka sendang itu akan dinamai Sendang Sinongko.

Namun, kisah sakral yang sebenarnya justru datang jauh sebelum masa dimana nama Sinongko diberikan. Yaitu pada saat masih berdirinya sebuah Kadipaten dengan pusat pemerintahan di sekitar kawasan ini. Kawasan yang dipimpin oleh Ki Singodrono itu dikisahkan sangat makmur. Sebagai penguasa, dia memiliki patih bernama Ki Irokopo.

Tibalah pada suatu hari ketika penguasa Laut Selatan meminta upeti kepada Ki Singodrono berupa persembahan hewan dan manusia. Olehnya, permintaan itu ditolak karena dia tidak mau mengorbankan manusia dalam persembahan. Penolakan itu pun berakhir dengan pertempuran hingga kedua sosok pemimpin dan patihnya tadi kalah dan mati.

Ki Singodrono mati di Sendang Barat (Sendang Sinongko) sementara Ki Irokopo meninggal di Sendang Timur di daerah Pokak.

Waktu dan lokasi penyelenggaraan upacara bersih desa

Pada dua tahun terakhir, prosesi bersih desa yang sudah masuk dalam daftar wisata budaya Kabupaten Klaten ini digelar pada bulan September yaitu pada Jum’at Wage, 23 September 2011, dan Jum’at Wage, 7 September 2012. Warga masyarakat setempat juga menyebutkan bahwa musim kemarau atau panen raya kedua, prosesi perayaan bersih desa, biasa jatuh dari akhir bulan Juli hingga pertengahan bulan September.

Dari jeda waktu di bulan Juli hingga September, maka Jum’at Wage akan jatuh pada tanggal 4 Juli 2014, 8 Agustus 2014, dan 12 September 2014!

Desa Pokak di Kecamatan Ceper terletak di tepi jalur rel kereta api Jogja – Solo. Kawasan ini dapat dituju dengan mudah melalui perempatan Karangwuni (Jalan Raya Jogja – Solo), satu – satunya perempatan dengan pohon beringin kurang lebih 6 kilometer arah timur kota Klaten. Dari lampu merah Karangwuni wisatawan harus mengarahkan kaki ke arah timur. Dari lampu merah tadi ke arah timur wisatawan akan menemukan perlintasan kereta api, pertanda tujuan sudah semakin dekat.

Melintasi perlintasan kereta api wisatawan harus kembali mengubah arah kali ini ke barat daya atau ke kanan saat menemukan gang pertama di kanan jalan dari perlintasan tadi. Menyusuri jalan di antara ladang wisatawan akan menemukan gapura perkampungan Pokak di kiri jalan. Sendang Sinongko masih berada di depan. Gapura terakhir di kiri jalan, gapura ketiga, adalah gapura masuk area sendang.